JAKARTA, KABARPARLEMEN.COM- Kearifan lokal berperan penting dalam menangkal disinformasi yang beredar di masyarakat. Bahkan kearifan lokal bisa menjadi katalisator informasi ditengah terjangan tsunami informasi yang kerap diwarnai berita hoax atau berita bohong.
Hal tersebut disampaikan H. Muhammad Farhan, SE, Anggota Komisi I DPR RI dalam diskusi Webinar Forum Diskusi Publik melalui aplikasi zoom yang digelar Ditjen IKP Kemkominfo RI bekerjasarma Komisi I DPR-RI pada tanggal 14 Agustus 2020 dengan tema”Membangun Masyarakat Sadar Informasi, Mewujudkan Harmonisasi , Melalui Budaya Kearifan Lokal di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”.
Dikatakan, adat dalam berkomunikasi sangat penting agar bisa menghilangkan massifnya penyebaran berita-berita yang membingungkan. Kearifan lokal seperti musyawarah atau gotong royong untuk mendiskusikan informasi dengan pihak–phak yang berkaitan dengan informasi tersebut sangat penting dilestarikan.
“Masyarakat harus bisa mengendalikan diri dan mampu menahan untuk tidak mengamini suatu berita sebelum kebenarannya terkonfirmasi secara utuh,”ujarnya.
Menurutnya, pemanfaatan komunitas berbasis rukun tetangga dapat digunakan sebagai media kampanye seperti pertemuan rutin anggota rukun tetangga bulanan, pengajian rutin mingguan, maupun kegiatan gotong royong kemasyarakatan dan lain-lain.
“Untuk itu kita harus menjaga kearifan lokal, dalam mengatasi massifnya penyebaran hoax. Warga lokal jadi katalisator informasi,”tuturnya.
Media yang berkembang saat ini kata politisi Nasdem ini, berhasil membawa masyarakat pada dunia tanpa batas yaitu menjadi manusia modern yang up to date dari berbagai macam media digital baik medsos dan media lainnya. Terlebih lagi pada saat pandemi, penggunaan gawai dan internet meningkat dibandingkan sebelumnya.
“Suatu hal yang saya impikan ketika demo tahun 1998, kemerdekaan informasi, namun saat itu tidak pernah membayangkan fenomena hoax,”imbuhnya.
Ia menyampaikan, derasnya arus informasi membuat masyarakat dengan mudah dan cepat mendapatkan berita. Dimana beberapa berita diantaranya merupakan hoax atau berita bohong membuat cemas dan pada akhirnya, pandemi pun bukan hanya memberikan dampak kesehatan dan ekonomi tapi psikologis.
“Contoh yang sedang hangat diperbincangkan adalah teori konspirasi mengenai kebenaran Covid-19. Beberapa masyarakat dibuat bingung dan kepercayaan nya mulai terkikis,”ungkapnya.
Lalu, seberapa berbahaya kah teori konspirasi? Lanjut Farhan, para peneliti di Universitas Münster, Jerman menyimpulkan bahwa penyebaran teori konspirasi merupakan ancaman nyata.
Media alternatif dapat berkontribusi pada kebingungan publik dengan membangun pandangan dunia yang kontradiktif, yang mencurigai dan mempertanyakan setiap pernyataan “resmi”.
Dijelaskan, teori konspirasi memberikan rasa kontrol pada hal yang tidak terkontrol. Mereka percaya di dunia ini tidak ada hal yang kebetulan, target politisnya adalah penguasa melakukan pembohongan pada rakyat.
Teori konspirasi tidak hanya menyergap kaum marjinal, tapi juga menyerang kelompok yang berpendidikan dan golongan berkelas. Hoax dan teori konsprasi berpengaruh kepada kepercayaan masyarakat yang turut mengikis akibat imbas dari keberadaan informasi yang ada.
“Menyikapi isu ini secara proporsional sehingga tidak menghabiskan energi dan kontraproduktif, karena dengan mempercayai konspirasi tidak kunjung menyelesaikan persoalan wabah Covid-19,”tuturnya.
Farhan mengingatkan masyarakat agar harus bisa meningkatkan literasi informasi dengan cara: 1) Kenali judul 2) Cek fakta 3) Cermati alamat situs 4) Cek keaslian foto.
“Kami di Komisi I berkewajiban menjaga informasi terjaga kebenaran dari tiga lembaga public yaitu TVRI, RRI dan Kantor Berita Antara,”tambahnya (Wan)