JAKARTA, KABARPARLEMEN.COM — Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menerima budayawan yang tergabung dalam ‘Mufakat Budaya Indonesia’ yang dipimpin Radhar Panca Dahana di Gedung MPR RI Jakarta, pada Rabu (20/1/2016). Selain Radhar hadir pula Teguh Esha (Ali Topan), Bambang Widodo Umar, Suhadi Sandjaja, Suko Hardjana, dan lain-lain.
Dalam kesempatan itu Zulkifli menyambut baik pemikiran budaya yang disampaikan para budayawan tersebut demi perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuannya agar bangsa ini lebih berbudaya dan beradab di tengah maraknya radikalisme, terorisme, keringnya nilai pendidikan, dan sebagainya.
“Setelah 71 tahun merdeka khususnya pascareformasi 1998 ternyata 4 Pilar Bangsa (Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI) masih menjadi retorika, pidato, dan seremonial belaka. Belum menjadi budaya dan perilaku sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” kata Zulkifli.
Seharusnya kita yang sangat plural ini, kata Zulkifli, sudah berperilaku saling menghormati, menghargai, toleransi, freedom, dan bersama-sama dalam membangun bangsa dan negara. “Tapi, faktanya kita terus konflik, korupsi, memarginalisasi pihak yang kalah, dan lain-lain ini akibat politik Pilkada dan Pemilu yang serba mahal,” ujarnya.
Karena itu kata Ketua Umum DPP PAN itu, saat ini terjadi kekeringan di semua aspek kehidupan termasuk perundang-undangan. “Kita harus menggali budaya bangsa termasuk dari 4 Pilar Bangsa yang sudah menjadi konsensus, kesepakatan bersama dan harus menjadi perilaku,” tambahnya.
Menurut Zulkifli, bangsa Indonesia ini sangat plural, sehingga di MPR RI, DPR RI, dan DPD RI tidak semuanya harus dipilih, melainkan harus ada yang mewakili elemen kebudayaan, organisasi kemasyarakatan Islam seperti NU, Muhammadiyah dan lain-lain. “Jadi, harus ada utusan dari berbagai elemen bangsa itu,” pungkasnya.