ANGGAPAN yang menyebut orang Sunda tak bisa jauh-jauh dari kampung halamannya terbantahkan bila melihat kenyataan dan membaca sosok angggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Azizah Daryati Uteng. Orang Sunda pituin ini bukan hanya merantau melintasi laut dan pulau tetapi juga selama puluhan tahun berkontribusi dan berkiprah untuk kemajuan Provinsi Jambi, lemah cai (tanah kelahiran) keduanya setelah Bandung.
Suatu sore akhir November lalu, ketika hujan tengah deras-derasnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, penulis menemui Daryati Uteng di lantai dua, ruangan anggota DPD asal Jambi. Senator kelahiran Lembang, 8 September 1955 ini sudah menyisihkan waktu yang direncanakan 30 menit, ternyata wawancara malah molor hingga hampir satu jam.
“Waduh padahal saya harus rapat dengan mitra kerja. Penting banget,” ujarnya. “Beginilah kalau diwawancarai wartawan maunya nyerocos terus,” kelakarnya.
Dalam wawancara yang santai tersebut Daryati Uteng yang menjabat Pembantu Rektor III STIE Ikabama Jambi ini sempat beberapa kali menyeka air mata ketika pembicaraan menyinggung sosok Lili Abdurrahman, istri Gubernur Abdurrahman Sayuti. Usianya terpaut satu tahun lebih tua dari Daryati Uteng namun sosoknya menjadi panutan, ngemong dan kerap memberikan saran tapi tak terasa menggurui.
“Saya merasa kehilangan. Kendati suami kami sudah tidak menjabat lagi kami selalu ketemu dan terus bersilaturahmi. Kami sudah seperti saudara. Sekarang saya merasa kehilangan. Ibu Lili sudah meninggal,” Daryati Uteng kembali terisak dan menyomot tisu beberapa kali di meja.
Daryati Uteng menuturkan, saat menjadi istri wakil gubernur, banyak belajar dari Ibu Lili tentang cara berbicara dalam sebuah forum, termasuk berbusana dan menjaga penampilan di depan umum. Bahkan saat betugas pun kerap satu mobil bersama.
“Orangnya telaten dan sangat teliti. Gaya rambut, cara berpakaian dan cara senyum di depan masyarakat pun saya belajar dari Ibu Lili,” kata ibu empat anak ini.
Puluhan tahun sebagai istri prajurit TNI, juga membuat Daryati Uteng tahan banting dan mandiri. Berpindah-pindah tempat bagi Daryati Uteng selain bertambah pengalaman belakangan sangat terasa manfaatnya ketika aktif di organisasi kemasyarakatan, partai politik dan juga ketika menjadi senator.
“Saya jadi banyak mengenal karakter orang dan banyak masyarakat juga yang mengenal saya. Kelak ini juga yang menjadi modal sosial saya ketika terjun di dunia politik,” ujar istri Brigadir Jenderal (Pur) H. Uteng Suryadiyatna.
Berbicara tentang pertemuannya dengan sang suami, Daryati Uteng memiliki cerita yang sulit dilupakan. Daryati yang saat itu sekolah di SMA 1 Padalarang termasuk gadis yang manja dan cuek. Lantaran kecuekannya itu, remaja yang masih suka main congklak dan lompat tali, tak sadar ada sosok serdadu yang menjadi pelanggan toko sembako milik ayahnya, terus mengamati dan memuji kecantikannya di dalam hati.
Rupanya, lulusan Akmil 1965 yang menjabat Komandan Kompi 327 Padalarang itu sangat gesit dibandingkan cowok lain yang sama-sama naksir Daryati. Baginya tak perlu harus mengenal Daryati lebih dalam atau pacaran, tapi cukup potong kompas dengan melamar langsung lewat orangtuanya. Dahsyat!
“Tong ngalawan ka kolot. Sok, saha deui (jangan melawan kepada orangtua. Memang ada pacar lain),” Haji Oyib Mahfudin, ayah Daryati setengah mengancam.
“Ada, masih semester satu,” Daryati menjawab dengan suara pelan.
“Walah, baru semester satu. Masih jauh. Itu pun kalau sampai lulus,” ledeknya. “Ini mah sudah jelas. Komandan…,” sang ayah meyakinkan putrinya yang masih berusia 18 tahun.
Belakangan ayah Daryati tidak semata-mata menerima pinangan Komandan Kompi yang memiliki selisih usia 11 tahun lantaran dianggap mapan namun ternyata ada rahasia lain. “Ayah rupanya tak enak dengan mitra usahanya. Ada beberapa dari mitra usaha itu yang terus terang ingin menjodohkan anak laki-lakinya dengan saya. Menghindari perasaan tak enak dengan mitra usahanya, Ayah lebih memilih sosok tentara apalagi Komandan Kompi cukup disegani di wilayah kami,” tutur Daryati Uteng tersenyum.
Sebagai anak pertama dari 12 bersaudara, gadis Daryati sejatinya bukan tipe anak perempuan yang siap nikah. Bahkan setelah nikah pun Daryati benar-benar istri yang tidak bisa masak. Masih manja. Namun, Hajah Anih Hasanah, ibunda Daryati, tak pernah lelah untuk mengajarinya menjadi istri yang baik.
“Suami saya sangat pengertian walaupun saya tak bisa memasak. Ya, risiko menikahi anak-anak. Heheheh,” ujar Daryati Uteng mengenang.
Menikah bukan berarti, lupa sekolah. Sempat terhenti saat kelas dua, Daryati kemudian melanjutkan SMA hingga lulus. Sebelum menikah memang Daryati sudah mengikat komitmen dengan suami untuk terus melanjutkan sekolah dan kuliah.
Dalam perjalanannya, Daryati menjadi seorang perempuan yang mandiri dan memiliki jiwa wirausaha menurun dari ayahnya. Kendati gaji suami cukup untuk memenuhi kehidupan rumah tangga, Daryati sebagai istri tidak tinggal diam. Usaha kredit alat rumah tangga dijalani dan kursus salon pun dilakoni.
“Kalau ke Padalarang dan melihat ada Salon Damayanti itu salon milik saya,” kata Daryati Uteng sumringah. “Sekarang usaha dikelola saudara saya.”
Belakangan Daryati Uteng tidak hanya meraih gelar sarjana ekonomi di tengah kesibukannya sebagai anggota Persit Kartika Chandra Kirana tetapi juga meraih gelar master manajemen (MM). Tak sampai di sana, Wakil Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jambi ini juga tengah menempuh program doktoral (S3) dengan konsentrasi ekonomi kreatif.
“Sekolah dan belajar itu tak dibatasi usia. Saya sudah nenek-nenek ini masih kuliah dan ternyata menginspirasi banyak orang. Paling tidak adik-adik saya pun yang sudah jadi dokter dan dan insinyur juga tak mau kalah untuk mengambil master dan doktor,” ujarnya bangga.
Daryati Uteng sempat menjadi anggota DPRD Jambi dari Fraksi Golkar. Pada Pemilu 2009, Ketua Kaukus Perempuan Parlemen Jambi ini mencoba peruntungan menjadi calon anggota DPR RI. Hasilnya, Daryati Uteng mendulang 41.000 suara. Itu adalah suara terbanyak untuk Partai Golkar di Jambi.
“Namun karena jeruk makan jeruk, suara saya yang menang di tingkat TPS dalam perjalanan menyusut tinggal 31.000 suara. Saya mencoba untuk menggugatnya tapi saya tak punya saksi,” ujar Daryati Uteng.
Sempat kecewa dengan kecurangan yang terjadi tapi tak membuat Daryati Uteng meratap. Kali ini, Daryati Uteng mengurungkan niatnya menjadi legislator dan lebih memilih menjadi senator. Pada Pemilu 2014 Daryati Uteng pun terpilih menjadi anggota DPD dari Provinsi Jambi dengan meraih 127.376 suara.
- S3 Bidang Ekonomi Kreatif dalam proses penyusunan disertasi
- S2 Tahun 2006/2007 Program Magister Manajemen di Jambi
- SI Tahun 2001 di STIE Jambi
- SLTA Tahun 1993 di Bandung
- SMP Tahun 1971 di Padalarang
- SD Tahun 1968 di Padalarang
- Anggota Komite III DPD RI
- Wiraswasta di Jl. Stasiun No.9 Padalarang, Kabupaten Bandung
- Dosen STIE Jambi
- Anggota DPRD Provinsi Jambi
- Wakil Ketua DPD Partai GOLKAR Provinsi Jambi
- Ketua PD KPPG Provinsi Jambi
- Wakil Ketua MKGR Provinsi Jambi
- Ketua Kaukus Perempuan Politik Provinsi Jambi
- Ketua Kaukus Perempuan Parlemen Jambi
- Wakil Ketua Dharma Wanita
- Wakil Ketua PKK Provinsi Jambi
- Wakil Ketua Dekranasda
- Persit Kartika Chandra Kirana
- Dharma Pertiwi
- IKKA
- Ketua ASKI