Anggota DPR Bilang Arab Saudi Mata Duitan

DPR HAJI Headline Komisi VIII SALEH DAULAY Terkini

KETUA Komisi VIII DPR Saleh Daulay menyatakan ibadah haji tahun ini lebih baik dari sebelumnya dan mampu menghemat sampai Rp 40 miliar. Namun begitu, masih ada masalah terkait transportasi darat dan udara, air dan pendingin (AC). Daya tawar (bergaining position) pemerintah juga lemah terkait pendirian klinik di Arab Saudi atau sekitar Mina sehingga saat puncak wukuf di Arafah sebanyak 12 jamaah haji meninggal dan 73 jamaah usia lanjut (risiko tinggi) luka-luka.

“Juga ada masalah Mina baru atau Mina jadid sebagai tempat bermalam (mabit) masih kontroversi sah dan tidaknya dalam hukum Islam,” ujar Saleh dalam jumpa pers Tim Pengawas Haji DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (13/10/2015).

Selain Saleh, dalam jumpa pers hadir Ketua Tim Pengawas Haji yang juga Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah Wakil Pimpinan dan Anggota Komisi VIII Khatibul Umam Wiranu (Demokrat), H. Deding Ishak (Golkar), H. Shodiq Mudjahid (Gerindra), Hj. Ledia Hanifah Amaliah (FPKS), H. Achmad Mustaqiem (PPP) dan H. Chairul Muna (NasDem).

Menurut Saleh, uang jamaah haji Indonesia sangat besar yaitu mencapai Rp 77 triliun. Duit itu sangat besar. “Harusnya uang itu ditunjukkan ke pemerintah Arab Saudi bahwa kita ini bukan hanya kaya akan TKW tapi juga punya uang banyak. Bahkan, uang yang berputar selama musim haji di Makah-Madinah itu mencapai Rp 73 triliun, belum dari visa haji dan lain-lain,” paparnya.

“Prinsipnya bergaining dengan Arab Saudi harus ditingkatkan oleh pemerintah agar kita tidak dianggap lemah,” politisi dari Partai Amanat Nasional ini.

Ledia Hanifah Amaliah menyoroti masalah lain seperti bahasa yang disamakan dengan Malaysia. Karena itu bahasa petunjuk pelaksanaan haji di sana menggunakan bahasa Melayu Malaysia. “Jadi, posisi Indoensia memang lemah, karenanya harus ditingkatkan daya tawarnya mengingat jamaah haji Indonesia terbesar,” katanya.

Khatibul Umam mengakui jika saat ini Arab Saudi makin komersial dalam mengurusi ibadah haji khsususnya setelah Amerika Serikat menjadi salah satu investor dalam berbagai pendirian gedung pencakar langit seperti hotel dan gedung bertingkat di sekitar Masjidil Haram termasuk Ka’bah.

“Jadi, di saat umat Islam menyembah Allah Swt di sisi lain kita sekaligus dipermalukan dengan gedung dan hotel tersebut karena secara umum mengganggu proses pelaksanaan ibadah haji,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *