Jelang Puncak Haji di Armina, Jamaah Haji Risiko Tinggi Perlu Perhatian Serius

Abdul Fikri Faqih DPR Fraksi PKS Headline Indeks News Puncak Haji
Jamaah haji. Foto : Ist.
JAKARTA, KABARPARLEMEN.COM- Menjelang prosesi puncak haji di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina), yang akan berlangsung pada 8-10 Dzulhijah atau Selasa-Kamis (22-24 Sept) waktu Saudi, jamaah haji yang tergolong resiko tinggi (Risti) perlu mendapat perhatian serius.
“Sebanyak 64,5 persen jamaah Indonesia adalah Risti, sedangkan prosesi di Armina adalah yang terberat di antara rangkaian haji,” ungkap Anggota Tim Pengawas Haji DPR RI, Abdullah Fikri Faqih di tengah agenda kerja DPR di Mekkah, Senin (21/9).

Dari tahun ke tahun, jamaah haji Indonesia memang masih didominasi kelompok Risti. Pihak penyelenggara haji Indonesia telah membagi kelompok Risiko Tinggi menjadi tiga, yakni (1) usia di atas 60 tahun dengan riwayat penyakit berat; (2) usia di bawah 60 tahun tetapi sudah memiliki riwayat penyakit serius; dan (3) kelompok usia di atas 60 tahun tanpa keluhan penyakit atau ringan.
 

“Ketiganya rentan beresiko mengalami sakit karena prosesi puncak haji memang sangat berat,” imbuh Politisi PKS asal Tegal ini.

Pada sesi Armina, jamaah haji Indonesia direncanakan akan tiba di Arafah sehari sebelum prosesi wukuf, yakni pada 8 Dzulhijah atau Selasa (22/9) waktu setempat. Karena esoknya, gelombang jutaan manusia yang menunaikan haji dari seluruh dunia akan wukuf bersamaan di padang Arafah.
 

“Sekitar 1,5 juta manusia melaksanakan wukuf mulai dari Zuhur hingga petang,” imbuh Fikri.

Setelah wukuf, jamaah akan bermalam di Muzdalifah, dan dilanjutkan dengan melontar Jumroh di Mina pada esok harinya atau bertepatan dengan 10 Dzulhijah.

“Tiga tahapan prosesi tersebut menjadi puncak dari ibadah haji, yang membutuhkan stamina tubuh dan fisik yang luar biasa,” urai dia.
 
Selama dua hari satu malam fisik jamaah akan terkuras, karena proses haji di Armina berlangsung secara maraton dengan istirahat yang minim.

Karena itu, Fikri meminta Petugas Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH) sigap melayani dan terus mendampingi jamaah selama prosesi puncak haji di Armina.

Berdasarkan pantauan tim pengawas haji DPR, terdapat total 3437 petugas haji, dengan petugas non-kloter hanya sebanyak 1447 orang.“Jumlah petugas ini harus melayani sekitar 170 ribu jamaah Indonesia, dengan 64,5 persennya risti,” imbuhnya.
  
Selain pengawasan intensif, Fikri juga menilai perlunya perbaikan sistem dalam pemberian obat-obatan bagi para jamaah yang sakit.“Ada pengaduan dari petugas kesehatan haji, sulit mengakses obat-obatan tertentu yang langka karena belum masuk sistemnya,” ungkap dia.

Tim DPR telah mengecek persiapan PPIH, terutama menjelang prosesi puncak ibadah haji di Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina). Diantaranya adalah memeriksa kesiapan transportasi bagi jamaah, dapur umum, kamar mandi, tenda, alat pendingin (water cooler), karpet, kecukupan air, distribusi makanan,  evakuasi dan pengamanan jamaah dalam keadaan darurat.

Berdasarkan pantauan DPR, setiap maktab akan diisi  kurang lebih 3000 jamaah. Di setiap maktab disediakan 10 kamar mandi untuk laki-laki dan 10 untuk perempuan.
 
Setiap maktab akan difasilitasi water cooler sebanyak 60 unit. Selain itu, PPIH juga menyiapkan dapur umum untuk keperluan memasak makanan bagi para jamaah selama wukuf.‪Selain itu, tim  juga melakukan peninjauan ke Muzdalifah dan Mina. Tim pengawas DPR RI memeriksa kebutuhan dan fasilitas para jamaah. Termasuk fasilitas tenda, kamar mandi, dapur umum, dan lalu lintas jamaah dari dan menuju jamarat (tempat melontar jumroh) (Iman Firdaus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *