Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat sapi impor Australia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto : Antara. |
JAKARTA, KABARPARLEMEN.COM- Strategi swasembada pangan dengan langkah impor 200 ribu ekor sapi bunting yang direncanakan pemerintah tahun 2016 dinilai anggota komisi IV DPR, Andi Akmal Pasluddin sebagai langkah yang putus asa.
Ia menilai sudah tidak ada lagi kreatifitas besar untuk mengatasi tuntutan swasembada pangan kecuali dengan langkah instan dan mudah.
“Tahun 2016 target pemerintah memang swasembada. Tetapi jangan memperlakukan negara ini seperti pedagang. Kita memiliki penduduk dan infrastruktur sosial yang mesti diperhatikan. Jika arti swasembada ditambal dengan kebijakan impor, jadi mana kreatifitasnya?” Andi Akmal yang juga anggota Badan Anggaran DPR mempertanyakan.
Politisi PKS dari dapil Sulawesi Selatan II ini mengingatkan, bahwa sejarah kelam Indonesia dalam mengimpor indukan yang bunting, selalu mengalami kemubadziran. Ia menjelaskan, bahwa setiap indukan sapi yang bunting, ketika sudah melahirkan anak sapi, indukannya menjadi mandul. Dari hasil penelitian dinas-dinas peternakan di daerah-daerah, sapi-sapi indukan itu di suntik hormon atau di pasang chip sehingga hanya mampu melahirkan sekali. Setelah melahirkan sekali, sapi yang kelihatan subur menjadi mandul.
Ajuan anggaran Kementerian Pertanian sebesar 32,9 triliun untuk mendanai program swasembada tujuh komoditas merupakan program yang baik. Angka ini sangat besar dan bukan digunakan untuk kegiatan yang sepele. Dengan anggran sebesar itu, harapannya tidak musnah dalam satu tahun. Namun bisa berjalan berkelanjutan sehingga tahun berikutnya dapat meningkatkan kualitas program yang ada atau menciptakan program baru untuk kesejahteraan.
“Jangan sekali-kali pemerintah tertipu kembali terhadap masalah impor sapi bunting ini. Harus ada garansi bahwa sapi-sapi itu tetap fertil setelah melahirkan. Sehingga meskipun impor sapi bunting itu tetap dilakukan, masih ada harapan ada peningkatan jumlah sapi secara nasional di tahun 2017 tanpa adanya impor sapi lagi”, Andi Akmal memperingatkan.(Iman Firdaus).