Kurs rupiah melemah. Foto : Ist. |
JAKARTA, KABARPARLEMEN.COM- Suatu multi krisis itu akan terjadi ketika terjadi instablitas. Kalau instabilitas itu diawali dari krisis pangan kemudianmultiplier efect nya kemana-mana. Bisa krisis ekonomi, krisis keamanan, dan krisis politik.
Hal tersebut disampaikan anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo, sebelum Rapat Paripurna dengan agenda Jawaban Pemerintah atas tanggapan Fraksi-Fraksi mengenai RAPBN 2016, Selasa (25/8) siang.
Menurutnya, krisis politik itu tanda –tandanya akan jatuhnya sebuah rezim. Contohnya Bung Karno jatuh karena menghadapi masalah krisis pangan, kemudian Soeharto jatuh juga karena diakibatkan krisis ekonomi.
Di negara mana pun, lanjut Firman, jatuhnya rezim diawali dengan krisis ekonomi. Oleh karena itu, masalah ekonomi ini harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah, tidak boleh lagi bermain-main terhadap persoalan ketahanan pangan nasional.
Firman Soebagyo menambahkan, Kapolri sudah membuat maklumat kepada siapapun yang melakukan penimbunan pangan maka akan ditindak tegas dan ini mengacu pada Undang-Undang Pangan dan Undang-Undang Perdagangan.
“Walaupun pernyataan atau maklumat itu terlambat, namun saya tetap memberikan apresiasi. Karena 3 atau 4 tahun yang lalu, saya telah menyampaikan kepada pemerintah dan aparat penegak hukum, untuk menghadapi globalisasi ekonomi, terus terang masyarakat masih belum siap,” tuturnya seperti dilansir situs resmi DPR RI.
Mengenai nilai rupiah yang melemah, kata Firman, sudah masuk posisi lampu merah, karena dolar sudah pada angka Rp.14.100,- kemudian dolar Singapura sudah mencapai Rp.9,900,- atau hampir mencapai titik Rp.10.000,- yang dalam sejarahnya tidak pernah terjadi.
“Ini posisi yang beresiko tinggi, maka dari itu pemerintah harus mulai mengendalikan impor. Rupiah kian terpuruk, sementara bahan baku impor terus dilakukan dalam rangka memenuhi kesedian pangan, maka posisi devisa negara kita akan terkuras habis,“ paparnya. (dpr)