![]() |
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman dalam dialog tokoh masyarakat dan kader bersama Presiden PKS di Hotel Harmoni One, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (2/10/2015) malam. |
BATAM, KABARPARLEMEN.COM - Struktur perekonomian Indonesia selama ini tidak cukup kuat. Sehingga ketika nilai rupiah mengalami pelemahan, perekonomian Indonesia mudah tergoncang.
Hal itu disampaikan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Mohamad Sohibul Iman dalam dialog tokoh masyarakat dan kader bersama Presiden
PKS di Hotel Harmoni One, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (2/10/2015) malam.
"Sekarang dolar hampir mencapai Rp 15 ribu. Menurut
simulasi Bank Indonesia, kita krisis. Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi siapapun
yang menjadi Presiden RI. Pendalaman struktur ekonomi harus menjadi
prioritas," ujar Sohibul Iman.
Mantan wakil ketua DPR ini menambahkan, tantangan jangka pendek
ekonomi Indonesia yang paling terasa saat ini adalah perlambatan ekonomi. Hal
ini juga disebabkan oleh perlambatan ekonomi di tingkat global.
“Ekonomi Amerika, Cina, dan Eropa juga melambat. Kenapa berimbas
ke Indonesia karena negara-negara itu adalah tujuan ekspor kita. Tujuan ekspor
kita tak berubah, Jepang, Cina, Amerika. Hal yang paling krusial adalah
struktur ekonomi kita juga bermasalah," paparnya.
Menurutnya, jika tidak ada pendalaman struktur industri, Batam
pun akan mengalami hal yang sama. Akan banyak turunan-turunan dari pelemahan
struktur ekonomi ini, diantaranya pengangguran dan kemiskinan.
"Kemiskinan bertambah karena pelambatan ekonomi. Dengan
kenaikan BBM, yang hampir miskin jadi miskin," imbuh Sohibul Iman.
Menurut doktor lulusan Waseda University Jepang ini, Indonesia
masih menikmati pertumbuhan ekonomi yang lumayan. Namun kondisi ekonomi yang
disebut lumayan itu, masih terdapat ada gap antara yang kaya dan miskin.
“Jarak antara kaya dan miskin makin menganga. Rasio genie sudah
4,2. Hal ini akan menjadi bom waktu jika tidak diatasi segera. Lampu kuning
akan jadi lampu merah," tegasnya.
Selain itu, Sohibul Iman juga mengatakan dunia saat sekarang ini
sedang mengalami tiga persoalan, yakni krisis makanan, energy, dan air.
"Tiga persoalan ini tantangannya sangat besar. Siapa pun
yang menjadi Presiden (Indonesia, red) harus bisa menjawab tantangan ini. Pak
Jokowi sebagai Presiden, dalam jangka pendek harus bisa mengatasi hal
ini," katanya.
Apalagi menurut dia, masyarakat Indonesia juga sudah tidak
memiliki daya beli yang luar biasa. Untuk itu, pemerintah harus mengelola APBN
dengan baik. Begitu juga daerah harus mengelola APBD dengan baik.
“Duitnya ada tapi penyerapan kecil. Mudah-mudahan pemerintah
pusat dan daerah mampu mengelola APBN dan APBD dengan baik," tAndasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar